Kamis, 06 Juni 2013

Jurnal


ANALISIS ALOKASI BIAYA BERSAMA UNTUK PRODUK BERSAMA SATE KAMBING DAN TONGSENG KAMBING  PADA UD. PAK BARDAN

Sunarni
Jurusan S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2012

Abstrak
Dalam meningkatkan usahanya perusahaan perlu melakukan proses produksi yang tepat supaya produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasaran. Salah satu usaha tersebut yaitu dengan memanfaatkan satu atau beberapa bahan baku utama untuk menghasilkan dua atau lebih jenis produk yang hampir sama tetapi dengan variasi yang berbeda dengan mengalokasikan biayanya secara akurat pada masing-masing produk sehingga dapat memaksimalkan laba yang diperoleh.
Seperti pada UD Pak Bardan yang memproduksi berbagai macam jenis makanan antara lain sate kambing dan tongseng kambing dimana dari produk bersama tersebut terdapat biaya bersama. Untuk mengalokasikan biaya-biaya tersebut secara akurat pada masing-masing produk yaitu dengan metode nilai jual relatif. Dimana data yang dipergunakan merupakan data primer yang didapat langsung dari perusahaan. Data yang digunakan berupa harga jual produk, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku, biaya operasional pabrik dan biaya pemasaran.
Dari analisis yang dilakukan melalui perhitungan alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode dengan nilai jual relatif tersebut dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan alokasi biaya bersama pada UD Pak Bardan dengan menggunakan metode nilai jual relatif maka diperoleh alokasi biaya bersama untuk sate kambing sebesar Rp 6.751.642,633 dan untuk tongseng kambing sebesar Rp 12.708.974,37 dari total biaya bersama sebesar Rp 19.460.617, yang diperoleh dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

1.      PENDAHULUAN
Untuk kemajuan suatu usaha maka perusahaan harus mampu mengelola usahanya. Untuk semuanya itu tidak terlepas dari kemampuan perusahaan dalam mengelola informasi yang dibutuhkan perusahaan guna mengambil keputusan untuk kelangsungan dan kemajuan perusahaannya. Informasi akuntansi baik yang akan datang maupun masa lalu akan sangat berguna bagi perusahaan dalam menentukan harga jual produk yang tepat sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.
Dalam meningkatkan kegiatan usahanya perusahaan perlu melakukan proses produksi yang memanfaatkan satu atau beberapa bahan baku utama untuk menghasilkan dua atau lebih jenis produk yang hampir sama tetapi dengan variasi yang berbeda dengan mengalokasikan biaya secara akurat pada masing-masing produk sehingga dapat memaksimalkan laba yang diperoleh.
Seperti pada “UD Pak Bardan” yang memproduksi berbagai macam jenis makanan, antara lain sate kambing dan tongseng kambing dimana dari produk bersama tersebut terdapat biaya bersama. Biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat bahan baku diolah sampai dengan berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Produk yang dihsilkan tersebut berasal dari proses pengolahan bahan baku yang sama sehingga timbul masalah bagaimana mengalokasi biaya bersama tersebut secara akurat pada produk bersama yang dihasilkan.
Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk perhitungan laba, agar dapat diketahui berapa kontribusinya masing-masing produk bersama terhadap seluruh laba yang diperoleh perusahaan. Biaya bersama dapat dialokasikan pada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan empat metode yang terdiri dari metode nilai jual relatif, metode kuantitatif, metode biaya perunit rata-rata dan metode rata-rata tertimbang.

1.1  Perumusan & Batasan Masalah
a.      Perumusan Masalah
Dalam penulisan ilmiah ini penulis mengambil perumusan masalah:
1.      Bagaimana menganalisa alokasi biaya bersama untuk produk bersama sate kambing dan tongseng kambing?
2.      Apakah hasil analisa alokasi biaya bersama untuk produk bersama sate kambing dan tongseng kambing?

b.      Batasan Masalah
Dalam penulisan ilmiah ini penulis mengambil batasan masalah:
1.      Penulis membatasi biaya pada produk sate kambing dan tongseng kambing periode produksi Mei 2012.
2.      Menghitung dan menganalisis besarnya biaya bersama pada UD Pak Bardan.

1.2  Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan ilmiah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui analisa alokasi biaya bersama untuk produk bersama sate kambing dan tongseng kambing.
2.      Untuk mengetahui hasil analisa alokasi biaya bersama untuk produk bersama sate kambing dan tongseng kambing.
1.3  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.3.1        Manfaat Akademis
Memberikan nilai tambah bagi penulis berkaitan dengan judul atau tema yang diambil serta sebagai bagian dari syarat untuk mencapai gelar Setara Sarjana Muda.
1.3.2        Manfaat praktis
Bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi acuan serta pertimbangan khusus dalam pengambilan keputusan dimasa akan datang.

1.4  Metode penelitian
Metode penelitain yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.4.1        Objek penelitian
Penulis menjadikan UD Pak Bardan sebagai objek penelitian dalam penulisan ilmiah ini. UD Pak Bardan merupakan usaha yang bergerak dalam bidang pembuatan sate kambing dan tongseng kambing, yang berlokasi Jl. Pahlawan No.16 Bulak Kapal, Bekasi Timur, telepon 081218216060.
1.4.2        Data / Variabel
Data-data digunakan dalam melakukan perhitungan terdiri dari:
a.       Harga jual produk
b.      Biaya tenaga kerja langsung
c.       Biaya bahan baku
d.      Biaya overhead pabrik
e.       Biaya pemasaran
1.4.3        Metode Pengumpulan Data / Variabel
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode penelitian lapangan dan kepustakaan.


1.      Metode penelitian lapangan (Field Research)
Metode pengumpulan data melalui penelitian lapangan dilakukan dengan cara :
-          Wawancara yaitu teknik tanya jawab untuk mencari informasi dari sumber yang bersangkutan, dalam hal ini melakukan wawancara dengan piahak-pihak yang berkepentingan dengan masalah yang akan diteliti.
-          Pengamatan langsung yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara terjun kelapang dan kemudian mengumpulkan data hasil pengamatanuntuk mendapatkan data yang lebih akurat.

2.      Metode penelitian kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian menggunakan data sekunder yang bersumber dari buku-buku yang erat kaitannya dengan masalah ini. Dimana dilakukan dengan mencari berbagai materi dari buku-buku yang dapat dijadikan acuan dalam penulisan ilmiah ini.

1.4.4        Alat Analisis Yang Digunakan
Adapun alat analisis yang dipergunakan penulis untuk melakukan perhitungan-perhitungn dalam penelitian ini, yaitu menggunakan metode nilai jual relatif dengan rumus sebagai berikut:

           Total nilai harga jual setiap produk
Alokasi B. Bersama =                                                             X Total B. Bersama
                                       Total nilai jual seluruh produk

2. KERANGKA TEORI
2.1  Pengertian Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2009; 8).
2.2 Pengertian Biaya bersama
Biaya bersama adalah biaya yang timbul karena pemrosesan atau pabrikasi beberapa jenis barang secara bersama-sama (Armanto Witjaksono, 2006; 90).
2.3 Pengertian Produk Bersama
Bila dalam satu proses produksi dihasilkan lebih dari satu produk maka produk tersebut dinamakan produk bersama. Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan (Mulyadi, 2005; 335).
2.4  Alokasi Biaya Bersama
Masalah akuntansi dalam produk bersama adalah alokasi biaya bersama. Alokasi tersebut bertujuan untuk penentuan harga pokok dan penentuan nilai-nilai persediaan. Dengan kata lain tujuan akhir alokasi biaya bersama adalah untuk memberikan informasi kepada manajemen baik untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan maupun kepentingan pengambilan keputusan.

3. OBJEK PENELITIAN
             Cara atau metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan alokasi biaya bersama dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode nilai jual relatif. Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan menurut nilai harga jual dari masing-masing atau jenis produk.  Untuk menghitung alokasi biaya bersama diperoleh dari total nilai harga jual setiap produk dibagi dengan total nilai jual seluruh produk dikalikan dengan total biaya bersama, maka akan diketahui berapa besar biaya yang sebenarnya diperlukan untuk memproduksi masing-masing produk yaitu sate kambing dan tongseng kambing.

4.PEMBAHASAN

Aliran proses produksi
Pembuatan sate kambing dan tongseng kambing
Diproses lebih lanjut
    
 Sate kambing

BBB    = Rp 10.540.000
BTKL = Rp   1.200.000
BOP    = Rp   7.720.617

Tongseng kambing

BBB   = Rp 10.540.000
BTKL = Rp   1.200.000
BOP    = Rp   7.720.617

Sumber :  UD Pak Bardan, Mei 2012

Jadi, sate kambing untuk biaya bahan baku Rp 10.540.000, biaya tenaga kerja langsung Rp   1.200.000 dan untuk biaya overhead pabrik Rp   7.720.617,- sedangkan untuk tongseng kambing untuk biaya bahan baku Rp 10.540.000, biaya tenaga kerja langsung Rp   1.200.000 dan untuk biaya overhead pabrik Rp   7.720.617,-

5. PENUTUP
 Kesimpulan
Setelah mengadakan analisis dan evaluasi pada UD Pak Bardan , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Analisis alokasi biaya bersama sebagai biaya produksi untuk bulan Mei 2012, dengan perhitungan alokasi biaya bersama yang diperlukan perusahaan untuk memproduksi sate kambing 465 porsi dengan harga jual Rp. 17.000 sehingga diperoleh total harga jual sebesar Rp. 7.905.000,- sedangkan untuk tongseng kambing memproduksi 1240 porsi dengan harga jual Rp. 12.000 diperoleh total harga jual sebesar Rp.14.880.000.
Dari hasil analisis alokasi biaya bersama untuk produk bersama perusahaan UD Pak Bardan menggunakan metode nilai jual relatif . dalam metode ini biaya bersama dialokasikan menurut nilai harga jual dari masing-masing atau jenis produk. Untuk menghitung alokasi biaya bersama, maka akan diketahui untuk sate kambing Rp 6.751.642,633 dan untuk tongseng kambing Rp. 12.708.974,37 dari total biaya bersama sebesar Rp. 19.460.617, yang diperoleh dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dimana didalam hasil ini perusahaan memperoleh selisih antara sate kambing dan tongseng kambing sebesar Rp 5.957.331,737 yang hasilnya lebih menguntungkan tongseng kambing karena pendapatannya lebih banyak dibanding sate kambing.

 Saran
Dari kesimpulan yang telah diutarakan penulis diatas, maka penulis memberikan saran dan semoga saran ini dapat digunakan bagi prusahaan dalam mengambil  kebijaksanaan pada masa yang akan datang, yaitu:

  1. Biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku nmenjadi berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama. Sedangkan untuk produk bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama-sama dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama.
  2. Metode yang digunakan penulis adalah metode alokasi biaya bersama. Alokasi tersebut bertujuan untuk penentuan harga pokok dan penentuan nilai-nilai persediaan. Perhitungan alokasi biaya bersama diperoleh dari total niali harga jual setiap produk dibagi dengan total nilai jual seluruh produk dikalikan dengan total biaya bersama. Metode ini hanya dipakai untuk dua produk dalam perusahaan ini.
  3. Apabila perusahaan semakin berkembang, maka diperlukan pengawasan intern yang baik untuk menjamin dan memastikan harga jual setiap produk apakah sudah efektif dan efisien sesuai dengan porsi tersebut. Agar perusahaan dapat menarik konsumen yang lebih banyak lagi sebaiknya perusahaan menambah fasilitas pelayanan / promosi yang sekiranya menjadi daya tarik tersendiri bagi perusahaan dibanding perusahaan lain dan agar ketetapan yang dibuat perusahaan dapat dipasarkan keuntungannya oleh kedua belah pihak.

Kamis, 09 Mei 2013

tugas softskill Mei 1 dan 2


HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL
“Harmonisasi” merupakan proses untuk menigkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-prkatik tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai negara. Upaya untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi telah dimulai jauh sebelum pembentukan Komite Standar Akuntansi Internasional pada tahun 1973. Harmonisasi akuntansi internasional merupakan salah satu isu terpenting yang dihadapi oleh pembuat standar akuntansi, badan pengatur pasar modal, bursa efek, dan mereka yang menyusun atau menggunakan laporan keuangan.
Harmonisasi akuntansi mencakup harmonisasi :
1. Standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan)
2. Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan public terkait dengan penawaran surat  berharga dan pencatatan pada bursa efek
3.Standar audit

Keuntungan Harmonisasi Internasional
Sebuah tulisan terbaru juga mendukung adanya suatu “GAAP global” yang terharmonisasi. Beberapa manfaat yang disebutkan antara lain:
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
2. Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan lebih beragam dan risiko keuangan berkurang.
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi.
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard pat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.

Kritik Atas Standar Internasional
            Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971 (sebelum pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu sosial, telah memiliki flesibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang dimilikinya. Pada saat standar internasional diragukan dapat menjadi fleksibel untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dalam latar belakang, tradisi, dan lingkungan ekonomi nasional, maka beberapa orang berpendapat bahwa hal ini akan menjadi sebuah tantangan yang secara politik tidak dapat diterima terhadap kedaulatan nasional.
Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan “standar yang berlebihan”. Perusahaan harus merespon terhadap susunan tekanan nasional, politik, social, dan ekonomi yang semakin meningat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional tambahan yang rumit dan berbiaya besar.
Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama
Dua pendekatan yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas:
1. Rekonsiliasi
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih dan ekuitas pemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan keuangan dilaporkan.
2. Pengakuan bersama (yang juga disebut sebagai “imbal balik” / resiprositas)
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip negara asal.

Evaluasi
            Perdebatan mengenai harmonisasi mungkin tidak akan pernah terselesaikan dengan penuh. Beberapa argumen yang menentang harmonisasi mengandung sejumlah kebenaran. Namun demikian, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa tujuan harmonisasi internasional akuntansi, pengungkapan, dan audit telah diterima begitu luas sehingga tren yang mengarah pada harmonisasi internasional akan berlanjut atau bahkan semakin cepat. Sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi Standar Prlaporan Keuangan Internasional (Internasional Financial Reporting Standards-IFRS). Banyak negara telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan, menggunakan IFRS sebagai standar nasional atau mengizinkan penerapan IFRS. Perbedaan nasional dalam faktor-faktor dasar yang menyebabkan perbedaan dalam akuntansi, pengungkapan, dan praktik audit semakin sempit karena pasar modal dan produk semakin internasional.

Penerapan Standar Internasional
Standar akuntansi internasional digunakan sebagai hasil dari :
1. Perjanjian internasional atau politis
2. Kepatuhan secara sukarela (atau yang didorong secara professional)
3. Keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi internasional

Beberapa Peristiwa penting Dalam Sejarah Penentuan Standar Akuntansi Internasional
1959- Jacob Kraayenhof, mitra pendiri sebuah firma akuntan independen Eropa yang utama, mendorong agar usaha pembuatan standar akuntansi internasional dimulai.
1961- Group d’Etudes, yang terdiri dari akuntan professional yang berpraktik, didirikan di Eropa untuk memberikan nasihat kepada pihak berwenang Uni Eropa dalam masalah-masalah yang menyangkut akuntansi.
1966- Kelompok Studi Internasional Akuntan didirikan oleh institute professional di Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat.
1973- Komite Standar Akuntansi Internasional (Internasional Accounting Standard Committee-IASC) didirikan.
1976- Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Coorporation and Development-OECD) mengeluarkan Deklarasi Investasi dalam Perusahaan Multinasional yang berisi panduan untuk “Pengungkapan Informasi”.
1977- Federasi Internasional Akuntan (International Federation of Accounting-IFAC) didirikan.
1977- Kelompok Para Ahli yang ditunjuk oleh Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-bangsa mengeluarkan laporan yang terdiri dari empat bagian mengenai Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan Transnasional.
1978- Komisi Masyarakat ropa mengeluarkan Direktif Keempat sebagai langkah pertama menuju harmonisasi akuntansi Eropa.
1981- IASC mendirikan kelompok konsultatif yang terdiri dari organisasi nonanggota untuk memperluas masukan-masukan dalam pembuatan standar internasional.
1984- Bursa Efek London menyatakan bahwa pihaknya berharap agar perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya tetapi tidak didirikan di Inggris atau Irlandia menyesuaikan dengan standar akuntansi internasional.
1987- Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO) menyatakan dalam konferensi tahunannya untuk mendorong penggunaan standar yang umum dalam praktik akuntansi dan audit.
1989- IASC mengeluarkan Draf Eksposure 32 mengenai perbandingan laporan keuangan. Kerangka Dasar untuk Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan diterbitkan aoleh IASC.
1995- Dewan IASC dan Komisi Teknis IOSCO menyetujui suatu rencana kerja yang penyelesaiannya kemudian berhasil mengeluarkan IAS yang membentuk satu kelompok inti standar yang komprehensif. Keberhasilan dalam penyelesaian standar-standar ini menmungkinkan Komisi Teknis IOSCO untuk merekomendasikan pengesahan IAS dalam pengumpulan Modal lintas batas dan keperluan pencatatan saham di seluruh pasar global.
1995- Komisi Eropa mengadopsi sebuah pendekatan daru dalam harmonisasi akuntansi yang akan memungkinkan penggunaan IAS oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan pencatatan saham dalam pasar modal internasional.
1996- Komisi Pasar Modal AS (SEC) mengumumkan bahwa pihaknya ”….mendukung tujuan IASC untuk mengembangkan, secepat mungkin, standar akuntansi yang dapat digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang dapat digunakan dalam penawaran surat berharga lintas batas.
1998- IOSCO menerbitkan laporan “Standar Pengungkapan Internasional untuk Penawaran Lintas Batas dan Pencatatan Saham Perdana bagi Emiten Asing”.

1999- Forum Internasional untuk Pengembangan Akuntansi (International Forum on Accountancy Development-IFDA) bertemu untuk pertama kalinya pada bulan Juni.
2000- IOSCO menerima, secara keseluruhan, seluruh 40 standar inti yang disusun oleh IASC sebagai jawaban atas daftar keinginan IOSCO tahun 1993.
2001- Komisi Eropa mengusulkan sebuah aturan yang akan mewajibkan seluruh perusahaan EU yang tercatat sahamnya  pada suatu pasar yang diregulasi untuk menyusun akun-akun konsolidasi sesuai dengan IAS selambatnya tahun 2005.
2001- Badan Standar Akuntansi Internasional (Internastiaonal Accounting Standars Board-IASB) menggantikan IASC dan mengambil alih tanggung jawabnya per tanggal 1 April.  Standar IASB disebut sebagai Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) dan termasuk didalamnya IAS yang dikeluarkan oleh IASC.
2002- Parlemen Eropa menyetujui proposal Komisi Eropa bahwa secara nyata seluruh perusahaan EU yang tercatat sahamnya harus mengikuti standar IASB dimulai selambat-lambatnya tahun 2005 dalam laporan keuangan konsolidasi. Negara-negara anggota dapat memperluas ketentuan ini terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan pencatatan saham dan perusahaan secara individu. Dewan Eropa kemudian mengadopsi aturan yang memungkinkan hal ini tercapai.
2002- IASB dan FASB menandatangani “Perjanjian Norwalk” yang berisi komitmen bersama terhadap konvergensi standar akuntansi internasional dan AS.
2003- Dewan Eropa menyetujui Direktif EU Keempat dan Ketujuh yang diamandemen, yang menghapuskan ketidakkonsistenan antara direktif lama dengan IFRS.
2003- IASB menerbitkan IFRS 1 dan revisi terhadap 15 IAS.

Sekilas Mengenai Organisasi Internasional Utama yang Mendorong Harmonisasi Akuntansi
Enam organisasi telah menjadi pemain utama dalam penentuan standar akuntansi internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional :
1. Badan Standar Akuntansi International (IASB)
2. Komisi Uni Eropa (EU)
3. Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
4. Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
5. Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan (International Standars of Accounting and Reporting – ISAR), bagian dari Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and Development –UNCTAD)
6. Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Kelompok Kerja OEDC)

Badan Standar Akuntansi Internasional
Tujuan IASB adalah :
1. Untuk mengembangkan dalam kepentingan umum, satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diterapkan yang mewajibkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan dalam laporan keuangan.
2. Untuk mendorong penggunaan dan penerapan standar-standar tersebut yang ketat.
3. Untuk membawa konvergensi standar akuntansi nasional dan Standar Akuntansi Internasional dan Pelaporan Keuangan Internasional kea rah solusi berkualitas tinggi.

Struktur IASB yang Baru
1. Badan wali
2. Dewan IASB
3. Dewan penasihat standar
4. Komite interpretasi pelaporan keuangan internasional (IFRIC)

Uni Eropa (Europen Union-EU)
Salah satu tujuan EU adalah untuk mencapai integrasi pasar keuangan eropa. Untuk tujuan ini, EC telah memperkenalkan direktif dan mengambil langkah inisiatif yang sangat besar untuk mencapai pasar tunggal bagi :
  1. Perubahan modal dalam tingkat EU
  2. Membuat kerangka dasar hokum umum untuk pasar surat berharga dan derivatif yang terintegrasi
  3. Mencapai satu set standar akuntansi tunggal untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya tercatat.

Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (International Organization of Securities Commissions-IOSCO) beranggotakan sejumlah badan regulator pasar modal yang ada di lebih dari 100 negara. Menurut bagian pembukaan anggaran IOSCO:
Otoritas pasar modal memutuskan untuk bekerja bersama-sama dalam memastikan pengaturan pasar yang lebih baik, baik pada tingkat domestic maupun internasional, untuk mempertahankan pasar yang adil, efisien dan sehat:
  • Saling menukarkan informasi berdasarkan pengalaman masing-masing untuk mendorong perkembangan pasar domestic.
  • Menyatukan upaya-upaya untuk membuat standard an penhawasan efektif terhadap transaksi surat berharga internasional.
  • Memberikan bantuan secara bersama-sama untuk memastikan integritas pasar melalui penerapan standar yang ketat dan penegakkan yang efektif terhadap pelanggaran.

IOSCO telah bekerja secara ekstensif dalam pengungkapan internasional dan standar akuntansi memfasilitasi kemampuan perusahaan memperoleh modal secara efisien melalui pasar global surat berharga. Tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi proses yang dapat digunakan para penerbit saham kelas dunia untuk memperoleh modal dengan cara yang paling efektif dan efisien pada seluruh pasar modal yang terdapat permintaan investor. Komite ini bekerja sama dengan IASB, antara lain dengan memberikan masukan terhadap proyek-proyek IASB.

FEDERASI INTERNASIONAL AKUNTAN (IFAC)
IFAC merupakan organisasi tingkat dunia yang memiliki 159 organisasi anggota di 118 negara, yang mewakili lebih dari 2,5 juta orang akuntan. Didirikan tahun 1977, dimana misinya adalah untuk mendukung perkembangan profesi akuntansi dengan harmonisasi standar sehingga akuntan dapat memberikan jasa berkualitas tinggi secara konsisten demi kepentingan umum.
Majelis IFAC, yang bertemu setiap 2.5 tahun, memiliki seorang perwakilan dari setiap organisasi anggota IFAC. Majelis ini memiliki suatu dewan, yang terdiri dari para individu yang berasal dari 18 negara yang dipilih untuk masa 2.5 tahun. Dewan ini, yang bertemu 2 kali setiap tahunnya, menetapkan kebijakan IFAC dan mengawasi operasinya. Administrasi harian dilakukan oleh Sekretariat IFAC yang berlokasi di New York, yang memiliki staf professional akuntansi dari seluruh dunia.

KELOMPOK KERJA ANTAR PEMERINTAH PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA UNTUK PAKAR DALAM STANDAR INTERNASIONAL AKUNTANSI DAN PELAPORAN (ISAR)
ISAR dibentuk pada tahun 1982 dan merupakan satu-satunya kelompok kerja antar pemerintah yang membahas akuntansi dan audit pada tingkat perusahaan. Mandat khususnya adalah untuk mendorong harmonisasi standar akuntansi nasional bagi perusahaan. ISAR mewujudkan mandat tersebut melalui pembahasan dan pengesahan praktik terbaik, termasuk yang direkomendasikan oleh IASB. ISAR merupakan pendukung awal atas pelaporan lingkungan hidup dan sejumlah inisiatif terbaru berpusat pada tata kelola perusahaan dan akuntansi untuk perusahaan berukuran kecil dan menengah.

ORGANISASI UNTUK KERJASAMA EKONOMI DAN PEMBANGUNAN (OECD)
OECD merupakan organisasi internasional Negara-negara industry maju yang berorientasi ekonomi pasar. Dengan keanggotaan yang terdiri dari Negara-negara industry maju yang lebih besar, OECD sering menjadi lawan yang tangguh terhadap badan-badan lain (seperti PBB atau Konfederasi Internasional Persatuan Perdagangan Bebas) yang memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan anggota-anggotanya.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL
        Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan sebenarnya banyak sekali namun pada penelitian kali ini penulis menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa ini lebih sering digunakan dan lebih sederhana.
Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan data laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari tahun ketahun. Jenis-jenis analisa rasio keuangan adalah :
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang).
c . Rasio Profitabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu.
Tujuan analisis keuangan adalah untuk mengevaluasi kinerja perusahaan pada masa kini dan masa lalu dan untuk menilai apakah kinerjanya dapat dipertahankan. Terdapat dua alat penting dalam melakukan analisis keuangan :
a. Analisis Rasio
Analisis ini mencakup perbandingan rasio antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, perbandingan rasio suatu perusahaan antar waktu atau dengan periode fiscal yang lain dan atau perbandingan rasio terhadap beberapa acuan yang baku.
b. Analisis Arus Kas
Analisis ini berfokus pada laporan arus kas, yang memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan keluar perusahaan, yang diklasifikasikan menjadi aktifitas operasi, investasi dan pendanaan, serta pengungkapan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas secara periodic. Misalkan, apakah perusahaan telah menghasilkan arus kas yang positif dari operasinya.
1. Analisis Rasio
Ada dua masalah yang harus dibahas ketika melakukan analisis rasio dalam lingkungan internasional :
a. Apakah perbedaan lintas Negara dalam prinsip akuntansi menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam angka-angka laporan keuangan yang dilaporkan perusahaan dari Negara yang berbeda?
b. Seberapa jauh perbedaan dalam budaya serta kondisi persaingan dan ekonomi local memperngaruhi interpertasi ukuran akuntansi dan rasio keuangan, meskipun pengukuran akuntansi dari negeri yang berbeda disajikan ulang agar tercapai “ daya banding akuntansi”? Sejumlah bukti yang kuat menunjukkan adanya perberdaan besar antarnegara dalam profitabilitas, pengungkit, dan rasio serta jumlah laporan keuangan lainnya yang berasal dari factor akuntansi dan non akuntansi.
c. Seberapa besar perbedaan dalam pos-pos laporan keuangan disebabkan oleh perbedaan prinsip-prinsip akuntansi nasional ? Ratusan perusahaan non AS yang mencatatkan saham di Bursa-bursa efek AS melakukan pengungkapan rekonsiliasi berupa catatan kaki yang memberikan bukti terhadap pernyataan ini, setidaknya dalam konteks perbedaan antara nilai akuntansi berdasarkan GAAP AS dan berdasarkan GAAP non AS.
Suatu penelitian sebelumnya mengenai rekonsiliasi laporan keuangan oleh emiten asing yang disusun oleh SEC cukup informasi. Sekitar separuh dari 528 emiten non AS yang diteliti mengungkapkan perbedaan yang material antara laba yang dilaporkan laporan keuangannya mereka dengan laba bersih menurut GAAP AS. Lima jenis perbedaan laporan keuangan yang diungkapkan oleh sejumlah besar emiten adalah :
1. Depresiasi dan amortisasi
2. Biaya yang ditangguhkan
3. Pajak tangguhan
4. Pensiun
5. Transaksi mata uang asing
Penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari 2/3 emiten yang mengungkapkan perbedaan laba yang material melaporkan bahwa laba menurut GAAP AS lebih rendah dibandingkan dengan laba menurut GAAP non AS. Hampir setengah dari antaranya melaporkan perbedaan laba lebih besar dari 25%. dua puluh lima dari 87 emiten yang melaporkan bahwa laba berdasarkan GAAP AS lebih besar daripada berdasarkan GAAP non AS melaporkan perbedaan lebih besar dari 25%. Hasil yang sam juga ditemukan untuk rekonsiliasi ekuitas pemegang saham. Secara keseluruhan, bukti dalam studi SEC ini menunjukan bahwa perbedaan laporan keuangan menurut GAAP AS dan GAAP non AS sangat material untuk kebanyakan perusahaan.
2. Analisis Arus Kas
Laporan arus kas yang sangat mendetal sangat diwajibkan menurut GAAP AS, GAAP Inggris, IFRS, dan standar akuntansi di sejumlah Negara yang jumlahnya semakin bertambah. Ukuran-ukuran yang berkaitan dengan arus kas sangat bermanfaat khusunya dalam analisis internasional karena tidak telalu dipengaruhi oleh perbedaan prinsip akuntansi, bila dibandingkan dengan ukuran-ukuran berbasis laba Apabila laporan arus kas tidak disajikan, sering kali ditemukan kesulitan untuk menghitung arus kas dari operasi dan ukuran arus kas lainya dengan menyelesaikan laba berbasis actual.
Mekanisme untuk Mengatasi
Untuk mengatasi perbedaan prinsip akuntansi lintas Negara, beberapa analis menyajikan ulang ukuran akuntansi asing menurut sekelompok prinsip yang diakui secara internasional atau sesuai dengan dasar lain yang lebih umum. Beberapa yang lain mengembangkan pemahaman yang lengkap atas praktik akuntansi di sekelompok Negara tertentu dan membatasinya analisis mereka terhadap perusahaan-perusahaan yang berlokasi di Negara-negara tersebut.